Soko Bisnis

Burgundi Lagi Viral Buat Baju Lebaran, Banyak Dicari, Tapi Jarang Dijual, Apa yang Salah?

Tren Warna Baju Lebaran 2025 makin seru! Warna burgundi jadi primadona di media sosial, tapi stoknya di toko masih langka. Apa kabar pasokan busana Lebaran?

By Cikal Sundana  | Sokoguru.Id
17 Maret 2025

Warna burgundi mendominasi lini tren fashion Lebaran 2025, namun minimnya pasokan busana Lebaran membuat banyak pembeli kecewa. Ini jadi tantangan bagi desainer lokal Indonesia untuk menjawab permintaan pasar yang terus berkembang. Foto Youtube Racun.Belanja.

SOKOGURU - Popularitas warna burgundi tak sejalan dengan ketersediaan di pasar.
Menjelang Lebaran 2025, tren warna busana menjadi topik yang ramai diperbincangkan, terutama untuk pilihan baju Lebaran. 

Salah satu warna yang mencuri perhatian adalah burgundi, namun ironisnya, meskipun warna ini digemari di media sosial, keberadaannya di toko pakaian masih minim. 

Apa yang menyebabkan tren ini tidak selaras dengan realita di pasaran? Bagaimana industri fashion lokal menyikapi fenomena ini?

Menilik beberapa tahun terakhir, tren warna busana Lebaran selalu mengalami perubahan. 

Warna-warna seperti hijau sage sempat merajai pasar, namun tren tersebut tidak berlangsung lama karena sifatnya yang sementara dan mudah membuat konsumen merasa jenuh. 

Hal ini menunjukkan bahwa industri mode harus adaptif dalam menghadapi dinamika warna musiman.

Peran Media Sosial dalam Mengangkat Tren Warna Burgundi

Lima warna diperkirakan akan mendominasi pilihan busana Lebaran tahun ini, salah satunya adalah burgundi. 

Burgundi menonjol di media sosial karena kesan mewah dan modern yang ditawarkannya. 

Namun, ketersediaan warna ini di pasar offline masih sangat terbatas.

Warna Hijau Tetap Jadi Favorit Tahunan

Warna hijau, terutama dalam nuansa gelap seperti hijau zamrud, tetap menjadi andalan saat Lebaran. 

Warna ini menciptakan kesan alami yang menyegarkan dan mudah dipadukan dengan berbagai ornamen dan aksesoris. 

Kepraktisan ini menjadikan hijau sebagai warna aman bagi desainer lokal dalam merancang koleksi Lebaran.

Burgundi: Hits di Dunia Maya, Langka di Dunia Nyata

Warna burgundi yang merupakan perpaduan merah anggur dan ungu gelap, meraih popularitas tinggi secara daring. 

Namun, banyak pembeli mengeluhkan langkanya pilihan busana warna ini di toko-toko konvensional. 

Ketidakhadiran warna ini di pasaran menunjukkan adanya hambatan dalam rantai pasok produksi atau strategi konservatif para pelaku industri mode lokal.

Kenapa Desainer Tak Produksi Banyak Busana Warna Burgundi?

Minimnya busana warna burgundi di pasaran mungkin disebabkan oleh pertimbangan produksi. 

Banyak desainer dan produsen lokal yang masih mengandalkan warna-warna klasik untuk menekan risiko kerugian. 

Ketergantungan pada warna tradisional menjadi penghalang utama dalam merespons tren baru yang berkembang di ranah digital.

Pastel: Pilihan Aman bagi Pecinta Gaya Feminin

Selain burgundi dan hijau, warna pastel seperti mint, peach, dan lavender masih menjadi favorit karena memberi kesan lembut dan feminin. 

Warna ini cocok untuk mereka yang ingin tampil menawan dengan gaya sederhana, dan sering dipilih karena relatif aman serta tidak terlalu mencolok.

Merah Marun dan Burgundi Tua: Nuansa Elegan yang Tak Pernah Mati

Bagi pecinta warna gelap yang ingin tampil anggun, merah marun dan burgundi tua menjadi alternatif pilihan. 

Warna ini mencerminkan kesan klasik dan sopan, cocok untuk suasana Lebaran yang sarat dengan nilai kekeluargaan dan keanggunan.

Emas dan Tembaga: Warna Mewah untuk Momen Spesial

Di sisi lain, warna metalik seperti emas dan tembaga tetap hadir sebagai simbol kemewahan. 

Kedua warna ini memberikan sentuhan eksklusif pada busana Lebaran, terutama untuk mereka yang menghadiri acara formal atau kumpul keluarga besar.

Tren warna busana juga dipengaruhi oleh ketersediaan bahan baku dan kemampuan produksi. 

Warna-warna tertentu mungkin tidak diproduksi massal karena keterbatasan material atau ketakutan pasar terhadap tren yang dianggap sesaat. 

Hal ini menyebabkan ketidaksesuaian antara permintaan dan suplai, terutama untuk warna burgundi.

Tren Digital Belum Sepenuhnya Diterapkan Industri Fashion Lokal

Popularitas tren digital seperti warna burgundi seharusnya menjadi peluang emas bagi pelaku fashion lokal untuk meraih pasar. 

Namun, lambannya respons terhadap tren digital menunjukkan bahwa ekosistem mode di Indonesia masih beradaptasi dengan perubahan pola konsumsi berbasis media sosial.

Industri fashion yang tidak cepat tanggap terhadap permintaan tren warna seperti burgundi berpotensi kehilangan momentum bisnis. 

Ketidakmampuan memenuhi permintaan konsumen bisa membuat pasar lokal dilampaui oleh merek internasional yang lebih sigap merespons tren.

Dorongan untuk Inovasi: Perlu Perubahan dalam Pengambilan Keputusan Produksi

Tren warna baju Lebaran 2025 seharusnya menjadi pemicu bagi desainer lokal untuk lebih berani bereksperimen. 

Perlu strategi rantai pasok yang lebih dinamis serta keberanian untuk mengadopsi tren dari media sosial agar tidak tertinggal dan mampu memenangkan hati konsumen masa kini.